Sabtu, 25 April 2009
Amarah.Penyebab dan Cara Mengatasinya
Setiap orang pasti pernah marah, sebab marah merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan masalah. Menurut jurnal A Guide to Psychology and The Practice (2001), marah adalah wujud untuk membalas perlakuan pihak yang telah menyakiti. Kemarahan bisa menumbuhkan dendam, bahkan balas dendam yang memungkinkan seseorang melakukan perbuatan tak terkendali, membunuh misalnya. Sehingga, kemarahan tak boleh dianggap masalah ringan.Sigmund Freud pernah mengatakan, manusia memang diciptakan dengan karakter agresif. Dalam keadaan tertekan dan stres, agresifitas manusia muncul dalam bentuk kemarahan. Tekanan yang tak teratasi akan memicu ledakan emosi, baik tersalur dari ekspresi, bahasa tubuh maupun perilaku.Bagi orang dewasa, perilaku agresif dapat disebabkan bermacam hal, berikut salah satunya: 1. Tekanan hidup dan pekerjaan di kota besar, yang memiliki banyak faktor pemicu timbulnya perilaku agresif. 2. Gaya hidup tak sehat, juga memancing perilaku agresif. Seperti kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol, penggunaan obat terlarang dan sejenisnya.3. Lingkungan sosial juga bisa menimbulkan tekanan (stres), misalnya terkena PHK.4. Kelelahan fisik dapat juga menyulut amarah, begitu juga saat tengah kelaparan, perubahan hormonal saat pre-menstruasi syndrome, pubertas, menopause dan pasca melahirkan. 5. Penyakit kronis pun mampu menyebabkan munculnya agresifitas.Faktor-faktor pemicu di atas, umumnya akan disalurkan dengan cara, yaitu:A. Ekspresif Agresif. Ciri-ciri seseorang yang menggunakan penyaluran secara ekspresif, adalah dengan melontarkan kata-kata kasar, melemparkan kesalahan pada orang lain, tidak punya tenggang rasa, memaki, mengancam lewat kata-kata atau dengan benda yang membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Perilaku vandalisme dan balas dendam juga termasuk dalam kategori ini. B. Pasif Agresif. Sementara ciri-ciri pasif, adalah mereka yang menggunakan aksi tutup mulut, bergosip, menghindari kontak mata, menyalahkan diri sendiri, sering minta maaf, menangis, dan jarang tersenyum. Ada pula yang menyalurkannya dengan memprovokasi atau memperlihatkan empati berlebihan. Waspada pula jika Anda termasuk orang yang suka mengharapkan seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna, atau harus selalu bersih dan rapi. Sebab tindakan ini termasuk perilaku marah pasif, berdasarkan Pusat Pelayanan Konseling di University of Cambridge tentang "Angry Feelings".Seorang psikolog dari Mount Sinai Medical Center New York, Karina Davidson Ph.D., dalam International Journal of Behavioral Medicine memaparkan, seseorang yang mengendalikan marah dengan cara positif, memiliki tekanan darah lebih rendah dibanding orang yang menghadapi marah dengan cara negatif. Menurutnya, seorang yang selalu marah atau sering marah, terbukti memiliki tekanan darah dan kolesterol yang tinggi. Begitu juga dengan produksi asam amino, sebagai penyebab pemicunya penyakit jantung.Karena itu, amarah harus dapat dikendalikan agar kesehatan tubuh dapat tetap terjaga. Amarah terbukti mengancam kesehatan karena meningkatkan timbulnya serangan hipertensi, kolesterol meningkat, pembuluh darah arteri tersumbat, penyakit jantung, serta menurunnya kekebalan tubuh yang berefek mudah terkena penyakit lain. Saat marah, jantung Anda akan bekerja lebih keras dan bernafas lebih cepat. Tak heran saat marah, Anda mengeluarkan kekuatan yang luar biasa besar. Buktinya? Suara Anda makin menggelegar, isinya berupa makian, teriakan dan gerakan tubuh yang kuat. Belum lagi ekspresi wajah yang menyeramkan, mata melotot, wajah merah padam atau berubah pucat pasi. Lalu bagaimana caranya agar amarah yang timbul tidak berubah menjadi penyakit dalam tubuh?1. Katakan dengan jujur.Mengatasi marah lebih sulit ketimbang mengendalikannya. Tapi cobalah untuk jujur mengatakan pada orang tersebut, bahwa Anda merasa marah, tidak enak hati, sedih atau hati Anda terluka. Cara ini jauh lebih baik, karena Anda belajar berkomunikasi dengan orang lain saat tengah marah sekalipun. 2. Fokus ke inti masalah.Saat mengemukakan isi hati, fokuskan pada titik permasalahan, jangan bawa persoalan lain ke dalam masalah yang sedang Anda ungkapkan.3. Cobalah memaafkan.Memaafkan memang sulit, tapi semua orang juga pernah terluka hatinya atau marah. Tak ada yang mengetahui persis isi hati seseorang, oleh karena itu, memaafkan akan menghapus rasa sakit hati. Ini merupakan cara terbaik untuk meredakan amarah. Ingatlah, memaafkan bukan berarti kehilangan kehormatan. Tapi bagaimana Anda belajar menjadi bijak dengan memahami semua orang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar